Langsung ke konten utama

Postingan

BIOGRAFI AYAH GURU

  Ayah Guru MENGENANG & Meneladani YM. Ayahanda Guru dalam haul 9 Mei 2021 Berikut biografi singkat Ym. Ayahanda Guru  Sayyidi Syeikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi. *1. Kelahiran-* Ayahanda Guru lahir 20 Juni 1917 / 30 Sya'ban 1335 H. di Pangkalan Brandan Sumatera Utara. Orang tua Ayahanda Guru  bernama  Sutan Sori Alam Harahap dan ibunda Siti Dour Siregar. Nenek Ayahanda Guru adalah 2 orang Syaikh Tariqat yaitu Syaikh Yahya dari bapak dan Syaikh Abdul Manan dari pihak ibu. Ayahanda Guru awalnya  bernama Muhammad Amin, karena Ayahanda sampai berumur 2 tahun sering kurang sehat. Kemudian, orang tua Ayahanda Guru mendapat ilham agar untuk menganti nama Ayahanda Guru menjadi Kadirun Yahya dan Ayahanda Guru tidak sakit lagi dan ketika Ayahanda Guru telah menjadi Syaikh meminta ijin untuk menuliskan nama kecil beliau Muhammad Amin. Dari masa kecil Ayahanda Guru sudah banyak memiliki keistimewahan, hal ini di sampaikan langsung oleh Nenek Sya...
Postingan terbaru

About Me...

Di Surabaya, tepatnya Jumat 02Februari'79, pk 02.00 Wib, Bayi laki-laki yang memiliki nama lengkap "Budi Arifianto" terlahir di dunia ini. Lucu dan menggemaskan, itulah kata-kata yang terlontar dari setiap orang yang melihat dan menggendongku.  Si Budi Kecil Budi kecil akhirnya tumbuh besar dan kandas di "Stikosa AWS", Padepokan Ilmu Komunikasi Massa tertua di Asia. Dari pemberian nama itu, kalau boleh aku mengartikan, kurang lebih memiliki arti seorang anak laki-laki yang berbudi pekerti, baik, arif serta bijaksana dalam bersikap... he he he, semoga saja! Setelah cek and ricek kepada orang tuaku ternyata benar. Beliau mengharapkan aku agar kelak menjadi seorang laki-laki yang berbudi luhur, arif dalam menyikapi segala permasalahan hidup. Tapi lain lagi versi cerita kerabat ibu yang biasa kupanggil mama, seperti, paman-paman, bibi, serta semua orang yang masih terhitung kerabat, mereka mengatakan, budi artinya semuanya bingung dan ribut alias panik, yang dala...

"Hai Jiwa Jiwa Yang Tenang .....,"

Salah satu ciri orang sabar adalah mampu menempatkan diri dan bersikap optimal dalam setiap keadaan.  Sabar bukanlah sebuah bentuk keputusasaan, melainkan optimisme yang terukur. Ketika menghadapi situasi di mana kita harus “marah” misalnya, maka marahlah secara bijak serta diniatkan untuk mendapatkan kebaikan bersama.  Karena itu, mekanisme sabar dapat melembutkan hati, menghantarkan sebuah kemenangan yang manis atas dorongan syaithaniyah untuk menuruti ketidakseimbangan pemuasan hawa nafsu.  Dalam shalat dan sabar terintegrasi proses latihan yang meletakkan kendali diri secara proporsional, mulai dari gerakan (kecerdasan motorik), inderawi (kecerdasan sensibilitas), aql, dan pengelolaan nafs menjadi motivasi yang bersifat muthma’innah.   Jiwa muthma’innah atau jiwa yang tenang inilah yang akan memiliki karakteristik malakut untuk mengekspresikan nilai-nilai kebenaran absolut.  "Hai jiwa yang tenang (nafs yang muthmainah). Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati...
Gombloh iku kan seniman sejati Surabaya..walo uda jadi artis terkenal ttp ga mau pindah dari Surabaya sampe akhir hayat dan djuluki pahlawan musik dari Surabaya..moso ga bangga?? Gombloh terlahir dengan nama Soedjarwoto Soemarsono, di Jombang, Jawa Timur, pada 14 Juli 1948. Dia adalah anak anak keempat dari enam bersaudara. Panggilan Gombloh itu diberikan ayahnya semenjak kecil. Menurut Gombloh, nama itu menjadikan hoki dalam karir bermusiknya. ... “Di dalam bisnis musik, nama Gombloh itu membawa keberuntungan bagi saya. Nama Gombloh itu ‘kan mudah diingat,” paparnya. Memang benar demikian adanya. Di setiap kesempatan, entah ketika pentas atau dalam keseharian, para penggemarnya, terutama gadis-gadis, pasti akan menyapanya dengan meriah, “Gombloh, Gombloh, Gombloh!” Kalau sudah begitu, yang diteriaki hanya bisa tersenyum sembari melambaikan tangannya, meski juga terkadang menggerutu, “Memanggil orangtua kok seenaknya,” gumam Gombloh mengingat para penggemarnya ...

Mengenal I’tikaf Tarekat Naqsahbandiyah Al Qolidiyah

Sang Mursyid Tarekat Dipanggilnya "Ayah Guru" Melakukan i’tikaf / berkhalwat dengan menyendiri, berdiam diri untuk mengingat sang Khaliq, melakukan dzikrullah disuatu tempat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjadi agenda rutin setiap bulannya kelompok Tarekat Naqsahbandiyah Al Qolidiyah sejak diangkatnya Ayah sebagai pemimpin tarekat oleh nenek guru. Pelaksanaan kegiatannya pun dilakukan secara bergantian, dari surau yang satu ke surau lainnya, yang ditunjuk oleh sang Mursyid selaku pemimpin tarekat tersebut. Dan pengurus surau ditunjuk sang Mursyid, diijinkan menggelar i’tikaf sesuai jadwal yang dibuat kelompok mereka, dan i’tikaf mereka sebut dengan suluk, sedangkan peserta suluk mereka sebut dengan salik. Menurut riwayat, pada suluk yang ketiga kalinya inilah, Ayah Guru diberikan ijin mendirikan suluk sendiri oleh Nenek Guru dan kepadanya diceritakan tentang asal muasal Thariqat Naqsyabandiyah yang diterima oleh YMM Nenek Guru dari Maulana Saidi Syekh...